Sabtu, 20 Desember 2014

Pendidikan Agama Islam - Ethos kerja Islami

Etos berasal dari Bahasa Yunani,ethos yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu tetapi juga oleh kelompok bahkan oleh masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini dikenal pula kata etiket dan etika yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik-buruk(moral), sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin. Dalam etos tersebut, ada semacam untuk menyempurnakan  segala sesuatu dan menghindari segala kerusakan sehingga setiap pekerjaanya diarahkan untuk mengurangi bahkan menghilangkan sama sekali cacat dari hasil pekerjaannya (Tasmara,2002:15)
                Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang meluas, digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu: suatu aturan umum atau cara hidup, suatu tatanan aturan perilaku atau penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku.
                Dalam pengertian lain,etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita yang positif.
                Akhlak atau etos dalam terminologi Prof. Dr. Ahmad Amin adalah membiasakan kehendak. Kesimpulannya, etos adalah sikap yang tetap dan mendasar yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan diluar dirinya.
                Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kata etos berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita.
                Dalam pandangan Islam, sikap yang terkandung dalam konsep etos itu tergambar dalam istilah ihsan, sebagaimana Allah menciptakan manusia dalam bentuknya yang paling sempurna (fi ahsani taqwim). Senada dengan kata ihsan, didalam al-Qur’an ditemukan kata itqan yang berati proses pekerjaan yang sangat bersungguh-sungguh, akurat dan sempurna seperti tersirat dalam firman Allah dalam surat AL-Naml ayat 88:


Dan engkau akan melihat gunung-gunung yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Maha teliti apa yang kamu kerjaan.”
               
                Oleh karenanya, seorang muslim yang berkepribadian qur’ani pastilah akan menunjukan etos kerja yang bersikap dan berbuat serta menghasilkan segala sesuatu secara ssangat bersungguh-sungguh dan tidak pernah mengerjakan sesuatu dengan setengah hati(mediocre) (Tasmara,2002:16)
                Sementara istilah kerja, menurut Tasmara (2002:24) adalah semua aktifitas manusia yang memenuhi aspek sebagai berikut :
1)      Aktifitasnya dilakukan karena ada dorongan untuk mewujudkan sesuatu sehingga tumbuh rasa tanggung jawab yang besar untuk menghasilkan karya atau produk yang berkualitas. Bekerja bukan sekedar mencari uang, tetapi ingin mengaktualikannya secara optimal memiliki nilai  transendental yang sangat luhur.
2)      Apa yang dia lakukan tersebut dilakukan karena kesengajaan, sesuatu yang direncanakan. Karenannya, terkandung di dalammnya suatu gairah dan semangat untuk mengerahkan seluruh potensi yang dimilikinya sehingga apa dikerjakannya benar-benar memberikan kepuasaan dan manfaat. Apa yang benar-benar memberikan kepuasaan dan manfaat. Apa yang dilakukannya memiliki alasan-alasan untuk mencapai arah dan tujuan yang luhur, yang secara dinamis memberikan makna bagi diri dan lingkungannya sebagaimana misi dirinya yang harus menjadi rahmat bagi alam semesta.

Di sisi lain,makna bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh dengan mengerahkan seluruh aset, piker dan zikirnya untuk mengaktualisakan atau menampakan dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khaira ummah) atau dengan kata lain dapat juga dikatakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.
Secara lebih hakiki, bekerja bagi seorang muslim merupakan ibadah, bukti pengabdian dan rasa syukurnya untuk mengolah dan memenuhi panggilan Ilahi agar mampu menjadi yang terbaik karena mereka sadar bahwa bumi diciptakan sebagai ujian agi mereka yang memiliki etos yang terbaik. Seperti yang difirmankan oleh Allah dalam surat al-Kahfi ayat 7:

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan apa-apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, supaya Kami menguji mereka siapakah yang terbaik amalnya.”

Dengan kata lain, orang yang bekerja adalah mereka yang menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri, keluarga, masyarakat dan negara tanpa menyusahkan orang lain. Oleh karena itu, kategori ahli seperti yang digambarkan dalam al-Quran bukanlah orang yang mempunyai pekerjaan/jabatan yang tinggi dalam suatu bengkel dan sebagainya. Tetapi sebaliknya al-Quran menggariskan golongan yang baik lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah, khusyu sholatnya, baik tutur katanya, memelihara pandangan dan kemaluannya serta menunaikan tanggun jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya, seperti disebutkan dalam surat Al Mu’minun ayat 1-11.
Madjid(2010:221) menjelaskan bahwa etos kerja dalam Islam adalah hasil suatu kepercayaan pada seseorang muslim bahwa kerja mempunyai kaitan dengan tujuan hidupnya yaitu memperoleh perkenan Allah SWT. Islam adalah agama amal atau kerja (praxis) yang inti ajarannya menjelaskan bahwa hamba mendekati dan berusaha memperoleh ridha Allah melalui kerja ata amal saleh dan dengan memurnikan sikap penyembahan hanya kepada-Nya.
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menupuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridaan Allah SWT. Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari. Ketika itu Rasul melihat tangan Sa’ad melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari. “Kenapa tanganmu?,” tanya Rasul kepada Sa’ad. “Wahai Rasulullah,” jawab Sa’ad, “Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku.” Seketika itu beliau mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya seraya berkata, “Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka.”
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat Rasulullah SAW. Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas. Para sahabat  kemudian bertanya, “Wahai Rasulullah,andai kata bekerja semacam orang itu dapat digolongkan jihad fi sabilillah,maka alangkahnya baiknya.”Mendengar itu Rasul pun menjawab,”Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, itu adalah  fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah lanjut usia, itu adalah  fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta ,itu juga fi sabilillah.” (HR Ath-Thabrani).
Bekerja adalah manifestasi amal saleh. Bila kerja  itu amal saleh,maka kerja adalah ibadah. Dan bila kerja itu ibadah,maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari kerja. Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya? Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya.
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasululllah SAW terhadap kerja. Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama.
Demikian besarnya penghargaan beliau, sehingga dalam kisah pertama, manusia teragung ini “rela” mencium tangan Sa’ad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi gosong. Rasulullah SAW,dalam dua kisah tersebut, memberikan motivasi pada umatnya bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad.
Rasulullah SAW adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk melakukannya. Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai uswatun hasanah; teladan yang baik bagi seluruh manusia. Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami, maka beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan. Dan berbicara tentang etos kerja Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-peran dalam hidupnya. Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW,yaitu :
1)      Sebagai Rasul. Peran ini beliau jalani selama 23 tahun. Dalam kurun waktu tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam;menerima ,menghapal, menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat al-Quran;menjadi guru (pembimbing) bagi para sahabat; dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik permasalahan umat dari mulai pembunuhan sampai perceraian.
2)      Sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen. Tatkala memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatic “negara-negara sahabat”. Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu menyatukan kaum Muslimin, Nasrani dan Yahudi, mengatur perekonoian, dan setumpuk masalah lainnya.
3)      Sebagai panglima perang. Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy. Sebagai panglima perang beliau harus mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata. Harus memikirkan strategi perang,persediaan logistik, keamanan, transportasi, kesehatan, dan lainnya.Sebagai Kepala rumahtangga. Dalam posisi ini Rasul harus mendidik, membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab lahir-batin terhadap para istri beliau,tujuh anak dan beberapa orang cucu. Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat perhatian terhadap keluarganya. Ditengah kesibukannya Rasul pun masih sempat bercanda dan menjahit sendiri bajunya.
4)      Sebagai seorang pebisnis Sejak 2 tahun pamannya Abu Thalib sudah mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam,negeri yang saat ini meliputi Syria,Jordan dan Lebanon. Dari usia 17 hingga 20 tahun adalah masa tersulit dalam perjalanan bisnis rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain senior dalam perdagangan regional .Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan “terpikatnya” konglomerat Mekah,Khadijah binti Khuwalid, yang kemudian melamarnya menjadi suami. Afzalurrahman dalam bukunya,Muhammad sebagai Seorang Pedagang (2000:5-12), mencatat bahwa Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri yang seperti yang Yaman,Oman dan Bahrain. Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai usia 37 tahun . Adalah kenyataan bila Rasulullah Saw mampu menjalankan kelima perannya tersebut dengan sempurna, bahkan menjadi yang terbaik. Tak heran bila para ilmuwan baik itu yang Muslim maupun non-Muslim,menempatkan beliau sebagai orang yang paling berpengaruh,paling pemberani,paling bijaksana,paling bermoral, dan sejumlah paling lainnya.
Bagaimana Rasulullah SAW berhasilkan memainkan peran yang begitu komplek dengan berhasil berikut rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW :
1)      Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik,profesional dan tidak asal-asalan. Beliau bersabda,”Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja,maka hendaklah meningkatkan kualitasnya.”
2)      Dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik, perencanaan yang jelas, pentahapan aksi, dan adanya penetapan skala prioritas.
3)      Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun.”Barangsiapa yang dibukakan pintu kebaikan ,hendakna dia mampu memanfaatkannya, karena ia tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya,” demikian beiau bersabda .
4)      Dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan. Beliau adalah sosok yang visioner, sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus.
5)      Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan. Beliau bekerja secara tuntas dan berkualitas.
6)      Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim yang solid yang percaya pada cita-cita bersama.
7)      Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu. Tidak berlalu sedetikpun waktu, keculai menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya. Dan yang terakhir Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk kekayaan duniawi,beliau bekerja untuk meraih keridhaan Allah SWT.Inilah kunci terpenting.

B.Karakteristik Etos Kerja Islami

Dalam kehidupan pada saat sekarang, setiap manusia dituntut untuk bekerja guna memnuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja seseorang akan menghasilkan uang, dengan uang tersebut seseorang dapat membelanjakan segala kebutuhan sehari-hari hingga akhirnya ia dapat bertahan hidup. Akan tetapi dengan bekerja saja tidak cukup,perlu adanya peningkatan,motivasi, dan niat.
Setiap pekerja, terutama yang beragama islam,harus dapat menumbuhkan etos kerja secara islami, karena pekerjaan yang ditekuni bernilai ibadah. Hasil yang diperoleh dari pekerjaannya juga dapat digunakan untuk kepentingan ibadah, termasuk di dalamnya menghidupi ekonomi keluarga. Oleh karena itu seleksi memilih pekerjaan menumbuhkan etos kerja yang islami menjadi suatu keharusan bagi semua pekerjaan.
Ciri-ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang berdasarkan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu ibadah dan berprestasi itu indah. Ada semacam panggilan dari hatinya untuk terus-menerus memperbaiki diri, mencari prestasi bukan prestise dan tampil sebagai bagian dari umat yang terbaik (khaira ummah).
Berikut karakteristik etos kerja islami , seperti yang dijabarkan oleh Tasmara (2002:73-134) :

1)      Menghargai Waktu
2)      Moralitas yang bersih (ikhlas)
3)      Kejujuran
4)      Memiliki Komitmen
5)      Istiqamah(kuat pendirian)
6)      Displin
7)      Konsekuen dan berani menghadapi tantangan
8)      Sikap percaya diri
9)      Kreatif
10)   Bertanggung jawab
11)   Bahagia karena melayani
12)   Memiliki harga diri
13)   Memiliki jiwa kepempimpinan(leadership)
14)   Berorientasi ke masa depan
15)   Hidup berhemat dan efisien
16)   Memiliki jiwa usaha (entrepreneurship)
17)   Memiliki insting bertanding(fastabiqul khairat)
18)   Keinginan untuk mandiri (independent)
19)   Merasa kecanduan dengan belajar dan harus mencari ilmu
20)   Memiliki semangat perantauan
21)   Memperhatikan kesehatan dan gizi
22)   Tangguh dan pantang menyerah
23)   Berorientasi pada produktifitas
24)   Memperkaya jaringan silahturahmi

25)   Memiliki semangat perubahan (spirit of change)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar